Sabtu, 15 Desember 2012

Taeniasis


Taeniasis
Pendahuluan 
           Taeniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus taenia pada manusia. Cacing pita yang dikenal sampai saat ini yaitu Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica. Infeksi oleh bentuk larva Taenia solium (sistiserkus selulosa) pada manusia disebut sistiserkosis. Sedangkan istilah neurosistiserkosis digunakan untuk infeksi oleh larva yang mengenai sistem saraf pusat.
            Taenia saginata atau cacing pita sapi baru dapat teridentifikasi secara jelas setelah pada tahun 1782 berkat Goeze dan Leuckart. Pada saat itu diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva sistisercus bovis yang ditemukan pada daging babi dan daging sapi. Hospes definitive dari cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi dan kerbau adalah hospes perantaranya . Nama penyakitnya disebut taeniasis Taenia saginata . Taenia saginata bersifat kosmopolit. Paling banyak terdapat di daerah Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko dan Amerika Selatan . 
Nomenklatur
Kerajaan     :   Animalia                                             
Filum          :   Platyhelminthes
Kelas           :   Cestoda
Ordo            :   Cyclophyllidea
Famili          :  Taeniidae
Genus          :  Taenia
Spesies          : Taenia crassicep
                              Taenia pisiformi
Taenia saginata
Taenia solium
Taenia asiatica
Taenia taeniaeformis

Morfologi
Ukuran cacing ini tergolong dalam kategori besar. Ukuran tubuhnya yang panjang dapat mencapai 4-12 meter. Terdiri dari kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid sebanyak 1000-2000 buah. Skoleks hanya berukuran 1-2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat tanpa kait-kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu.

Siklus Hidup
Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, terdapat cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama jika proglotid berkontraksi pada saat bergerak. Telur-telur ini akan melekat pada rumput bersama dengan tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput atau karena tinja yang hanyut dari sungai pada saat banjir. Ternak yang makan rumput ini akan terkontaminasi dan dihinggapi cacing gelembung, karena telur yang tertelan bersama rumput tersebut akan dicerna dan embrio heksakan akan menetas di dalam tubuh ternak. Embrio heksakan yang menetas di saluran pencernaan ternak akan menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung yang disebut sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata yang terbentuk setelah 12 s.d. 15 minggu.

Patogenesa
Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang mentah atau setengah matang dan mengandung larva cysticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gastero intestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi  penderita bisa menjadi buruk se-hingga terjadi anemia, malnutrisi. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang  disebabkan  obstruksi  usus oleh strobilla cacing. Berat badan tidak jelas menurun.

Menurut Symons (1989) jumlah cacing  pita  dalam usus kurang berpengaruh terhadap perubahan patologis dibandingkan dengan ukuran tubuh cacing.Walaupun hanya terdapat 1-2 ekor dan ukurannya besar dampak patologisnya lebih nyata. Penderita taeniasis jarang menunjukkan gejala yang khas walaupun di dalam ususnya terdapat cacing taenia selama bertahun-tahun, tetapi biasanya hanya terdapat satu ekor.cysticercosis pada manusia sangat bergantung pada organ serta jumlah cysticercus yang tinggal. Infeksi berat pada otot menyebabkan peradangan (myocitis) yang bisanya menimbulkan demam. Jika menyerang organ mata ( Ocular- Cysticercosis) gejala yang paling berat adalah kebutaan (Smyth, 2004). Gejala-gejala syaraf seperti kelumpuhan, kejang,hingga epilepsi, dapat dipastikan bahwa larva tersebut menempati organ-organ yang saratdengan jaringan syaraf seperti otak/selaput otak atau sumsum tulang belakang.

Gejala Klinis

Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia) Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis saginata.
Secara psikologis penderita dapat merasa cemas karena adanya segmen/ proglotid pada tinja dan pada Taenia saginata segmen dapat lepas dan bergerak menuju sphincter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen. Segmen/Proglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka (bali), banasan (toraja), dan manisan (Sumatera Utara).

Diagnosa
Diagnosa taeniasis dapat ditegakkan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a.       Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis)
Di dalam anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakah penderita pernah mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air besar maupun secara spontan. bila memungkinkan sambil memperhatikan contoh potongan cacing yang diawetkan dalam botol transparan.
b.      Pemeriksaan tinja
Tinja yang diperiksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar. Bila tidak memungkinkan untuk diperiksa segera, tinja tersebut diberi formalin 5 – 10% atau spiritus sebagai pengawet. Wadah pengiriman tinja terbuat dari kaca atau bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik. Kalau konsistensi padat dos karton berlapiskan parafin juga boleh dipakai.
Pemeriksaan tinja secara mikroskopis dilakukan antara lain dengan metode langsung (secara natif), bahan pengencer yang dipakai NaCL 0,9 % atau lugol. Dari satu spesimen tinja dapat digunakan menjadi 4 sediaan. Bilamana ditemukan telur cacing Taenia sp, maka pemeriksaan menunjukkan hasil positif taeniasis. Pada pemeriksaan tinja secara makroskopis dapat juga ditemukan proglotid jika keluar.
Pemeriksaan dengan metode langsung ini kurang sensitif dan spesifik, terutama telur yang tidak selalu ada dalam tinja dan secara morfologi sulit diidentifikasi metode pemeriksaan lain yang lebih sensitif dan spesifik misalnya teknis sedimentasi eter, anal swab, dan coproantigen (paling sensitif dan spesifik).
Dinyatakan penderita taeniasis, apabila ditemukan telur cacing Taenia sp pada pemeriksaan tinja secara mikroskopis dan / atau adanya riwayat mengeluarkan progloid atau ditemukan proglotid pada pemeriksaan tinja secara makroskopis dengan atau tanpa disertai gejala klinis.
Gejala klinis (+) apabila ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : rasa tidak enak pada lambung, nausea, badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi, pusing, diare, dan pruritus ani. Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofillia).
 
Prognosis 
Taeniasis usus baik, tetapi infeksi ini harus diakhiri untuk mengurangi bahaya cystiserkosis.


Pengobatan
Penderita Taeniasis diobati (secara massal) dengan Praziquantel, dosis 100 mg / kg, dosis tunggal. Cara pemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut:
  • Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat.
  • Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa.
  • Keesok harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang dilarutkan dalam sirop (pemberian sekaligus). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar, penderita diberi makan bubur,
  • Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp.
  • Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp.
  • Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut.
  • Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid.
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
  • Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
  • Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
  • Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
  • Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
  • Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
  • Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
  • Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Epidemiologi
Cacing  Taenia saginata sering ditemukan di Negara yang penduduknya banyak makan daging sapi atau kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut yaitu matang, setengah matang atau bahkan mentah sama sekali tanpa proses pemasakan. Cara makan dan cara memelihara ternak inilah yang kemudia menjadi berperan dalam proses terjadinya infeksi cacing Taenia. Ternak yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung tersebut, daripada ternak yang dipelihara dan dirawat dengan baik di kandang secara tertutup. Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan cara mendinginkan daging yang akan dikonsumsi sampai suhu -10 derajat Celsius, iradiasi dan memasak daging sampai matang.




1 komentar: