Taeniasis
Pendahuluan
Taeniasis
adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus
taenia pada manusia. Cacing pita yang dikenal sampai saat ini yaitu Taenia
saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica. Infeksi oleh bentuk larva Taenia
solium (sistiserkus selulosa) pada manusia disebut sistiserkosis. Sedangkan
istilah neurosistiserkosis digunakan untuk infeksi oleh larva yang mengenai
sistem saraf pusat.
Taenia saginata atau cacing pita sapi baru dapat
teridentifikasi secara jelas setelah pada tahun 1782 berkat Goeze dan
Leuckart. Pada saat itu diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing
Taenia saginata dengan larva sistisercus bovis yang ditemukan pada daging babi
dan daging sapi. Hospes definitive dari cacing pita Taenia saginata adalah
manusia, sedangkan hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi dan
kerbau adalah hospes perantaranya . Nama penyakitnya disebut taeniasis Taenia
saginata . Taenia saginata bersifat kosmopolit. Paling banyak terdapat di
daerah Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko dan Amerika Selatan .
Nomenklatur
Filum :
Platyhelminthes
Kelas :
Cestoda
Ordo :
Cyclophyllidea
Famili :
Taeniidae
Genus :
Taenia
Spesies : Taenia crassicep
Taenia pisiformi
Taenia saginata
Taenia solium
Taenia asiatica
Taenia
taeniaeformis
Morfologi
Ukuran cacing ini tergolong dalam kategori besar. Ukuran
tubuhnya yang panjang dapat mencapai 4-12 meter. Terdiri dari kepala yang
disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas
proglotid sebanyak 1000-2000 buah. Skoleks hanya berukuran 1-2 milimeter, mempunyai
empat batil isap dengan otot-otot yang kuat tanpa kait-kait. Bentuk leher
sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu.
Siklus Hidup
Sebuah proglotid gravid berisi
kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat proglotid terlepas dari rangkaiannya
dan menjadi koyak, terdapat cairan putih susu yang mengandung banyak telur
mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama jika proglotid
berkontraksi pada saat bergerak. Telur-telur ini akan melekat pada rumput
bersama dengan tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput atau karena tinja
yang hanyut dari sungai pada saat banjir. Ternak yang makan rumput ini akan
terkontaminasi dan dihinggapi cacing gelembung, karena telur yang tertelan
bersama rumput tersebut akan dicerna dan embrio heksakan akan menetas di dalam
tubuh ternak. Embrio heksakan yang menetas di saluran pencernaan ternak akan
menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan
aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing
gelembung yang disebut sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata yang
terbentuk setelah 12 s.d. 15 minggu.
Patogenesa
Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang
mentah atau setengah matang dan mengandung larva cysticercus. Di dalam usus
halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gastero intestinal
seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau
meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk se-hingga terjadi
anemia, malnutrisi. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila
proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat badan tidak
jelas menurun.
Menurut Symons (1989) jumlah cacing pita
dalam usus kurang berpengaruh terhadap
perubahan patologis dibandingkan dengan ukuran tubuh cacing.Walaupun hanya
terdapat 1-2 ekor dan ukurannya besar dampak patologisnya lebih nyata. Penderita
taeniasis jarang menunjukkan gejala yang khas walaupun di dalam ususnya terdapat
cacing taenia selama bertahun-tahun, tetapi biasanya hanya terdapat satu
ekor.cysticercosis pada manusia sangat bergantung pada organ serta jumlah
cysticercus yang tinggal. Infeksi berat pada otot menyebabkan peradangan
(myocitis) yang bisanya menimbulkan
demam. Jika menyerang organ mata ( Ocular- Cysticercosis) gejala yang paling berat
adalah kebutaan (Smyth, 2004). Gejala-gejala syaraf seperti kelumpuhan,
kejang,hingga epilepsi, dapat dipastikan bahwa larva tersebut menempati
organ-organ yang saratdengan jaringan syaraf seperti otak/selaput otak atau
sumsum tulang belakang.
Gejala Klinis
Gejala klinis taeniasis sangat
bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik).
gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin
yang dihasilkan
cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung , nausea
(mual), badan lemah, berat
badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air
besar), pusing, diare, dan
pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi
(hitung jenis) terjadi peningkatan
eosinofil (eosinofilia) Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat
dibedakan dari gejala klinis taeniasis
saginata.
Secara
psikologis penderita dapat merasa cemas karena adanya segmen/ proglotid pada
tinja dan pada Taenia saginata segmen
dapat lepas dan bergerak menuju sphincter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen.
Segmen/Proglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka (bali), banasan
(toraja), dan manisan
(Sumatera Utara).
Diagnosa
Diagnosa taeniasis dapat ditegakkan dengan 2 (dua) cara yaitu :
Diagnosa taeniasis dapat ditegakkan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a. Menanyakan riwayat
penyakit (anamnesis)
Di
dalam anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakah penderita pernah
mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air
besar maupun secara spontan. bila memungkinkan sambil memperhatikan contoh
potongan cacing yang diawetkan dalam botol transparan.
b. Pemeriksaan tinja
Tinja
yang diperiksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya
diperiksa dalam keadaan segar. Bila tidak memungkinkan untuk diperiksa segera,
tinja tersebut diberi formalin 5 – 10% atau spiritus sebagai pengawet. Wadah
pengiriman tinja terbuat dari kaca atau bahan lain yang tidak dapat ditembus
seperti plastik. Kalau konsistensi padat dos karton berlapiskan parafin juga
boleh dipakai.
Pemeriksaan
tinja secara mikroskopis dilakukan antara lain dengan metode langsung (secara
natif), bahan pengencer yang dipakai NaCL 0,9 % atau lugol. Dari satu spesimen
tinja dapat digunakan menjadi 4 sediaan. Bilamana ditemukan telur cacing Taenia
sp, maka pemeriksaan menunjukkan hasil positif taeniasis. Pada pemeriksaan
tinja secara makroskopis dapat juga ditemukan proglotid jika keluar.
Pemeriksaan
dengan metode langsung ini kurang sensitif dan spesifik, terutama telur yang
tidak selalu ada dalam tinja dan secara morfologi sulit diidentifikasi metode
pemeriksaan lain yang lebih sensitif dan spesifik misalnya teknis sedimentasi
eter, anal swab, dan coproantigen (paling sensitif dan spesifik).
Dinyatakan
penderita taeniasis, apabila ditemukan telur cacing Taenia sp pada
pemeriksaan tinja secara mikroskopis dan / atau adanya riwayat mengeluarkan
progloid atau ditemukan proglotid pada pemeriksaan tinja secara makroskopis
dengan atau tanpa disertai gejala klinis.
Gejala klinis (+) apabila ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : rasa tidak enak pada lambung, nausea, badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi, pusing, diare, dan pruritus ani. Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofillia).
Gejala klinis (+) apabila ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : rasa tidak enak pada lambung, nausea, badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi, pusing, diare, dan pruritus ani. Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofillia).
Prognosis
Taeniasis usus baik, tetapi infeksi ini
harus diakhiri untuk mengurangi bahaya cystiserkosis.
Pengobatan
Penderita Taeniasis diobati (secara
massal) dengan Praziquantel, dosis 100 mg / kg, dosis tunggal. Cara pemberian
obat praziquantel adalah sebagai berikut:
- Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat.
- Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa.
- Keesok harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang dilarutkan dalam sirop (pemberian sekaligus). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar, penderita diberi makan bubur,
- Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp.
- Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp.
- Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut.
- Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid.
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang
disebabkan oleh Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
- Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
- Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
- Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
- Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
- Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
- Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
- Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Epidemiologi
Cacing Taenia saginata sering ditemukan di Negara
yang penduduknya banyak makan daging sapi atau kerbau. Cara penduduk memakan
daging tersebut yaitu matang, setengah matang atau bahkan mentah sama sekali
tanpa proses pemasakan. Cara makan dan cara memelihara ternak inilah yang
kemudia menjadi berperan dalam proses terjadinya infeksi cacing Taenia. Ternak
yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung tersebut,
daripada ternak yang dipelihara dan dirawat dengan baik di kandang secara
tertutup. Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan cara mendinginkan
daging yang akan dikonsumsi sampai suhu -10 derajat Celsius, iradiasi dan
memasak daging sampai matang.
sangat membantu dan bisa jadi bahan acuan maupun diskusi
BalasHapus