Kamis, 22 Desember 2011

Selamat Hari Ibu


Ibu adalah Cinta Abadi..
Sebuah cinta yang Luar Biasa..
Hangatnya Pelukan ibu mengalahkan smua masalah yang ada..
Tiada  tandingannya kehebatan  mu ibu..

Sekarang,.
Jangan terlalu larut dalam kesendirian ..
Ayah  dan  anak-anak mu ini jauh dari pelukan mu Ibu..
Ini smua hanya sementara..
Tapi esok  Masa depan yang Lebih Cerah Akan menanti keluarga kitaa..
Amin,.
SELAMAT HARI IBU !!!.



By : Jamilatun Hidayah
To : Ibu Hamidah



Rabu, 21 Desember 2011

Jaringan Ikat Elastis (CT-5)





  1. Serabut Elastis dikenal dengan Yellow Fibers.Di jumpai pada Daun telinga,trakea,pulmo,kulit dan arteri.Fibrilnya bercabang.
  2. Serabut Kolagen dikenal dengan white fibers.Di jumpai pada tendon,ligamentum dan kartilago.Tersusun oleh Sel Epitel.

Histologi Arteri (SCV-1)


Histologi Testis ( Tubulus Seminiferus)



Pewarnaan   : H & E
Organ          : Testis (SG-2)

Selasa, 20 Desember 2011

(A) limfoid leucosis (penyakit hati yang besar, viseral lymphomatosis)


Hasil Nekropsi positif Leucosis Burung
         Penyakit ini sedang dipelajari karena signifikansi ekonomi, dan juga sebagai modeleksperimental kanker. Leucosis limfoid adalah sel tumor yang dimulai B di bursa, dan sebelum kematangan seksual, dapat menyebar ke organ lain. Burung dewasa lebih terpengaruh dibandingkan burung-burung muda. Burung jantan juga dipengaruhi dalam jumlah lebih rendah daripada betina karena regresi sebelumnya bursa di burung jantan.

Antemortem temuan:

  1. Penyakit ini terjadi pada burung 14 - 30 minggu.
  2. Pucat sisir, layu dan kehilangan nafsu makan
  3. Dehidrasi dan kekurusan
  4. Diare, tinja sedikit hijau
  5. Pembesaran hati, bursa Fabricius dan ginjal dari 
  6. Karena pembesaran hati,abdomen membesar
  7. Mengurangi produksi telur.
Temuan postmortem:
  1. Abu-abu tumor lesions4 dalam, limpa dan bursa
  2. Organ lain seperti paru-paru, jantung, proventrikulus, gonad, sumsum tulang dan mesenterium kadang-kadang terpengaruh.
  3. Ecchymotic pendarahan di sekitar folikel kulit sayap
  4. Penghakiman: Bangkai seekor burung terpengaruh dengan leucosis lymphoid dikutuk
.

Selasa, 13 Desember 2011

Infeksi Escherichia coli (Colibacillosis) Pada Unggas

Definisi: Penyakit Infeksi  Escherichia coli pada unggas  merupakan patogen primer atau sekunder penyerbu yang menyebabkan septikemia, peritonitis, selulitis, omphalitis, salpingitisdan airsacculitis.Sinoniminfeksi Escherichia coli ; coligranuloma, colisepticemia.Penyebab: Escherichia coli, Gram-negatif batang; serotipe 01, 02, atau 078, tetapi seringuntypeable.EpidemiologiUbiquitous, hadir dalam usus burung dan mamalia dan disebarluaskan di
tinja. Infeksi E. coli merupakan hasil dari kegagalan manajemen pencernaan, sering terjadi pada infeksi sekunder akhirnya tinja terkontaminasi.
Transmisi: Burung yang terinfeksi melalui kontak langsung dengan sampah kotor  atau telur terkontaminasi.Ini merupakan penyakit lingkungan.Tidak menular dari burung ke burung.Tanda-tanda klinisnonspesifik tapi bulu rontok, pusar membesar dan membengkak,penurunan nafsu makan, depresi, diare, paste dari bulu di sekitar ventilasi. Bruto lesi: Berbagai lesi tergantung pada sistem yang terpengaruh:

  1. Airsacculitisperihepatitis dan perikarditis-sekunder penjajah sebagai bagian darikronis penyakit pernapasan , bahan mudah pecah yang meliputi kantung-kantung udarahati dan perikardial kantung.
  2. Infeksi seringkali diawali oleh Mycoplasmapenyakit Newcastle, atau menular bronkitis.
  3. Omphalitis-bengkak, merah, pusar berkerak dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit telur melalui setter kotor, telur tertutup kotorankelembaban yang berlebihan selama penyimpanan telur.
  4. Septicaemia-hepatosplenomegali (hepatitis), perdarahan dan nekrosis pada jaringan Salpingitis/peritonitis- ayam petelur khususnyasaluran telur penuh dengan kuning atau seperti eksudat keju.
  5. Selulitis ("berkeropeng pinggul") dari ayam broiler: eksudat kuning di bawah kulit pinggul, kaki dan bagian dada.
  6. Sinovitis / arthritis.
  7. Hypopyon-nanah dalam mata berikut E. coli septikemia.

Diagnosis: Histopatologi, kultur bakteri dari organ tubuh yang terkena diperlukan untuk diagnosis.
 

Pengobatan: isolat E. coli dari unggas komersial sering resisten terhadap berbagaiantibiotik.
Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa beberapa antibiotik sedang dimasukkan di pasar untuk unggasEnrofloxacin adalah efektif terhadap organisme ini, tetapi antibiotik telah dihapus dari makanan produksi digunakan pada tahun 2006. Apapun, budaya dan sensitivitas dapat membantupengobatan jika lebih dari satu burung adalah terpengaruh.
 

Pencegahan: sanitasi Program gencar di rumah peternak, di hatchery dan di tumbuh-outfasilitas;Telur fumigasi; pengendalian debu di rumah; secara rutin menghapus unggas yang mati dari rumah, menghindari stres dan imunosupresi (IBD).



Gambar Unggas terinfeksi E.coli..


Berbagai Penyakit Unggas

          Daftar berikut adalah penyakit yang paling umum yang  telah didiagnosa  pada unggas  yaitu :
 
1.   Infeksi Staphylococcus aureus
2.   Infeksi Escherichia coli (colibacillosis)
3.   Mycoplasma gallisepticum infeksi
4.   Marek Penyakit
5.   Infeksi Laryngotracheitis (ILT)
6.   visceral gout
7.   Lemak hati
8.   kloaka prolaps
9.   Osteomalasia
10. Ascite sindrom
11. Koksidiosis
12. Ascarids
13. Ektoparasit-tungau dan kutu.


A.  Infeksi Staphylococcus aureus
 
Definisi: infeksi septicemia banyak burung yang ditandai oleh radang sendi dan tenosinovitis
(radang selubung tendon)
 
Sinonim: Staphylococcosis-sering dikaitkan dengan bumblefoot atau omphalitis (pusarsakit)
 
Penyebab: Staphylococcus-Gram positif Staphylococcus kokus
 
Epidemiologi: S. aureus adalah berupa oportunis yang  menembus penghalangkulit.
Penghuni normal di permukaan kulit. organisme terluka kulit menembus kulit untuk menyerang darah. Cedera kulit mungkin dari goresan, kulit terlalu lembab ,tusukan jarum atau cakar.

Transmisi: Ubiquitous pada kulit dan dalam lingkungan dan harus menembus kulit. tidak secara langsung menular dari burung ke burung.
 
Tanda-tanda klinis: berbagai besar penyakit: 1. Omphalitis (infeksi yolk sac), 2. nekrotik
dermatitis. 3. Nekrotik lesi kulit / abses 4. Arthritis dan tenosinovitis, 5. osteomyelitis
(infeksi dan radang tulang)

Senin, 12 Desember 2011

Histologis Sistem Genitalia Maskulina Dan Proses Spermatogenesis

Sistem genitalia muskulina terdiri dari testis, alat penyalur, kelenjar asesorius, genitalia eksterna, Testis setelah mencapai umur dewasa dan dibawah pengaruh hormon gonadotropin hipophisa menghasilkan spermatozoa. Setelah kastrasi hewan menjadi impotent dan terjadi perubahan yang disebabkan hilangnya hormon testosteron dari testis.

1. TESTIS
Testis berupa glandula tubuler komplek yang dibungkus oleh kapsula fibrosa yang cukup tebal disebut : Tunika albuginea dan sebuah lapisan peritoneum Tunika vaginalis viseralis. Tunika vaginalis dibentuk oleh jaringan ikat kolagen yang miskin akan vasa darah dan elemen elastis, permukaan bebasnya tertutup mesothelium, sedangkan permukaan yang lain melekat pada tunika albuginea. Tunika albuginera sebaliknya kaya akan vaskularisasi, pada bagian tertentu yang disebut stratum vaskulare sangat kaya vaskularisasi.
Pada tempat melekatnya epididimis pada testis, tunika albuginea berhubungan dengan mediastinum testis, yaitu suatu tali jaringan ikat yang memanjang sepanjang axis memanjang dari testis. Pada karnivora dan babi melepas helaian jaringan ikat dan pada ruminansia tali jaringan ikat secara radier ke tunika albuginea, jaringan ikat tersebut disebut Septula testis, yang membagi testis menjadi lobuli testis yang berbentuk piramidal atau konus. Mediastinum testis mengandung labirinth, ruang yang lebarnya tak menentu berhubungan satu dengan yang lain disebut rete testis.
Pada jaringan interstitial disekitar tubulus seminiferus tidak ditemukan otot dan sperma di testis bersifat non motil. Gerakan mereka pada tubulus disebabkan oleh tekanan sekretorik dan tekanan internal dari testis, gerakan ini juga dibantu oleh cairan yang mungkin dihasilkan oleh sel sertoli.
Pada kuda tunika albuginea kaya akan serabut otot polos yang berasal dari m kremaster internus dan melanjutkan diri ke septula testis. Suatu mediastinum dari rete testis yang padat tidak ada tetapi seluruh testis dilintasi oleh septa tebal yang berhubungan satu dengan yang lain. Pada tali jaringan ikat yang tebal disamping vasa darah ditemukan pula duktus pengganti rete testis. Pada folus kranialis testis mereka berdekatan satu dengan yang lain dan melanjutkan diri ke duktuli efferentes.

        Parenkim testis terdiri atas tubulus seminiferus, yang dibungkus jaringan ikat halus. Jaringan ikat interstitial kadang menunjukkan struktur/lamelar yang banyak mengandung vasa dan nervi. Sel interstitial yang diduga menghasilkan hormon testosteron ditemukan tunggal atau bergerombol. Sel ini ditemukan dalam jumlah yang besar pada babi dan kuda (sel interstitial).


Tubulus Seminiferus
Dinding tubulus seminiferus dibatasi oleh sel epithelium komplek yang terdiri atas 2 macam sel yaitu : Sel penyokong dan sel spermatogenik. Sel penyokong atau sel sustentakulum disebut juga sel sentroli, sedangkan sel spermatogenik ada beberapa tipe yang berbeda morfologinya antara lain : spermatogenia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa. Tiap sel sentroli melekat pada lamina basalis, sedangkan sel sprematogenik tersusun secara tradisional. Sel yang muda terletak dekat membrana basalis, semakin mendekati lumen, umur sel makin tua.

Sel Sertoli
Bentuk tinggi langsing seperti segitiga dengan basisnya melekat pada membrana basalis, ujungnya mencolok keluar, inti sel terletak pada basal. Struktur histologi menunjukkan adanya gambaran mitokhondria yang memanjang sejajar dengan axis panjang sel, fibril tetes lemak dan kadang ditemukan granula lipofasia. Dengan EM dapat ditemukan bangunan berupa kristal terbentuk kumparan yang disebut: Kristaloid Charcot Bottcher (sel sertoli manusia). Susunan kimia dan kegunaan fisiologi nya belum diketahui. Filament yang halus dan mikrotubulus yang tersusun sejajar dengan axis panjang sel sering dapat ditemukan, RER jarang tetapi SER ditemukan lebih banyak.
Sel sertoli melindungi sel sprematogenik yang sedang berkembang dan mungkin berperan penting dalam memberi nutrisi sel spermatogenik dan proses pelepasan spermatozoa yang sudah dewasa. Sel sertoli yang kelihatan mengalami mitosis, tetapi mereka lebih tahan terhadap panas, radiasi dan beberapa agen toksik yang mudah merusak sel spermatogenik.

Spermatogenesis.
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).

Spermatogonia
Panjangnya bervariasi antara 50-75 m, terdiri atas caput dan kauda. Kauda sendiri terdiri atas neck (leher), middle piece (bagian tengah), principal (bagian pokok) dan end piece (bagian ujung). Pembagian nya didasarkan atas perbedaan diameter. Dengan mikroskop cahaya perbedaan struktur internanya tidak jelas, tetapi dengan EM terdapat perbedaan struktur interna nya jelas, tetapi dengan EM terdapat perbedaan yang cukup mencolok. Midle piece berbentuk silindris panjangnya lima sampai tujuh m, tebalnya mencapai 1 m. Bagian ini timbul dari polus pasterior dari caput yaitu pada bagian yang mempunyai struktur mirip dengan cincin Annulus. Principal piece panjangnya kira-kira 45 m dengan tebal 0,5 m, makin keujung makin mengecil membentuk end piece.
Spermatogonia terdapat diatas satu sampai dua lapis membran basal. Sel induk ini bersifat mitosis aktif, jadi sering terlihat bentuk pembelahan sel. Menurut penelitian dibedakan adanya spermatogonia tipe A dan B. Tipe A terdapat langsung pada membran basal dan tipe B diatas tipe A. Tipe A membelah secara mitosis menjadi tipe A dan tipe B, tipe B inilah yang menumbuhkan spermatosit primer.
Sel pada lapis berikutnya lebih besar diameternya, intinya lebih besar serta lebih banyak mengandung khromatin disebut : sprematosit primer. Selanjutnya sel ini mengalami meiosis dan pada pembelahan pertama menghasilkan sel yang lebih kecil disebut : spermatosit sekunder.
Umur sel tersebut pendek karena segera mengalami pembelahan kedua (mitosis) menjadi spermatid, dari satu sel spermatozoa menjadi empat spermatid yang secara morfologis identik, tetapi gen yang dikandung dapat berbeda. ukuran sel kecil inti miskin kromatin dan sentriole masih tampak. Dalam tahap spermatositogenesis, spermatid selanjutnya mengalami tahap transformasi, berubah dari bentuk sel menjadi spermatozoa yang memiliki kepala, leher, badan dan ekor. Spermatozoa yang berkembang ini tampak membenamkan kepalanya kedalam kutub bebas sel sertoli.
Tahap transformasi (spermiogenesisi) dikenal adanya 4 tahap yakni : Tahap golgi (golgi phase), tahap tudung (cop phase), tahap akrosom (acrosomal phase) dan tahap pemerahan (maturation phase).
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
  • LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
·         FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama2hari.
2. ALAT PENYALUR
Alat penyalur spermatozoa dimulai dari : Tubuli rekti, Rete testis (terdapat dalam testis), Duktuli Efferentes Testis,Duktus epididimis (terdapat dalam epididimis), Duktus deferens, Urethra (pars pelvina dan pars penis).

a. Tubuli (seminiferi) rekti
Berupa saluran pendek yang terdapat pada lobuli testis, epithelnya kubis sebaris dan berdiri pada membran basal. Pada daerah peralihan antara tubuli rekti terdapat daerah dengan banyak modifikasi dari sel sertoli. Di daerah ini tidak lagi terdapat proses spermatogenesis.

b. Rete Testis
Berupa saluran atau rongga saling berhubungan dalam mediastinum testis. Saluran tersebut dibalut oleh epithel pipih selapis atau kubis rendah, sedangkan mediastinum testis merupakan kondensasi dari stroma testis yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Otot polos belum terdapat pada mediastinum testis.

c. Duktuli Efferentes Testis
Pada kutub kranial mediastinum testis terdapat sekitar 6-12 saluran disebut : Duktuli efferentes testis. Saluran tersebut awalnya lurus tetapi setelah memasuki epididimis menjadi berkelok membentuk spiral. Daerah pemasukan dikenal dengan vascular cone yang menghadap testis dan merupakan caput epididimis (kuda) atau sebagian dari padanya pada hewan lain.
Duktuli efferentes memiliki epithel silindris sebaris dengan dua macam sel, yakni : sel basilia (kinocilia) dan sel tanpa silia dengan banyak butir sekreta di dalamnya, sel ini menunjukkan aktivitas bersekresi. Epithel berdiri pada membran basal, bagian yang telah ada dalam caput epididimis, mulai terdapat otot polos diluar membran basal. Sekreta dari sel tersebut diatas diduga berperanan dalam proses pendewasaan dari spermatozoa dalam epididimis.

d. Duktus Epididimis
Duktuli efferentes dalam epididimis secara perlahan memiliki epithel silindris banyak lapis bersilia (stereocilia), lumen semakin besar dan dinding semakin tebal dengan bertambahnya lapisan otot polos. Dalam epididimis saluran tersebut selanjutnya disebut : Duktus epididimis. Sel basal dari epithel banyak lapis mengandung butiran lemak (babi dan ruminansia), sedangkan sel atas silindris tinggi dengan stereosilia. Semakin menuju kauda epididimis, ukuran epithel semakin rendah, lumen semakin berkelok-kelok dan otot polos semakin tebal.


e. Epididimis
Sering disebut anak buah pelir, letaknya sangat berdekatan dengan testis. Secara anatomis terdiri atas caput, korpus dan kauda epididimis. Epididimis terdiri atas jaringan ikat mirip tunika albuginea sebagai stroma dengan mengandung otot polos (jelas pada kuda) didalamnya terdapat saluran yang merupakan parenkhim, yakni duktulis efferentes dan duktus epididimis.
Fungsi epididimis : Menyimpan sementara spermatozoa, khususnya didaerah kauda epididimis dan diduga disini terjadi proses pendewasaan. Gerakan spermatozoa mulai tampak, tapi dalam tubuli seminiferi jelas belum ada gerakan. Spermatozoa yang telah melalui epididimis memiliki potensi untuk membuahi ovum. Spermatozoa yang tidak melewatinya daya pembuahannya sangat kecil.

f. Duktus Deferens
Berupa saluran tunggal yang keluar dari kauda epididimis. Pada hewan besar saluran ini cukup panjang keluar dari epididimis membentuk Funikulus spermatikus (Spermatic cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut menuju uretra dalam rongga pelvis.
     Duktus deferens dibagi menjadi dua bagian, yakni : bagian yang tidak berkelenjar disebut : Duktus deferens dan bagian yang berkelenjar disebut : Ampulla. Selaput lendri membuat lipatan longitudinal, dengan epithel silindri sebaris atau dua baris, berdiri pada membran basal. Tunika propria terdiri dari jaringan ikat dengan banyak sel dan serabut elastis, bagian ini langsung bersatu dengan sub-mukosa dan keduanya disebut propria mukosa. Tunika muskularis cukup tebal, dengan bagian yang memanjang, melintang dan miring. Pada babi dan domba lapis sirkuler tebal terletak disebelah dalam sedangkan lapis memanjang tipis, tetapi pada sapi, kuda dan karnivora lapisan otot polos saling membuat anyaman, sehingga tidak membentuk strata yang jelas. Tunika adventitia atau serosa terdapat paling luar, pembuluh darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos sering tampak di bagian ini. Ampulla akan dibahas nanti pada kelenjar asesorius.


g. Funikulus Spermatikus
Bagian ini berbentuk buluh, dibalut oleh peritonium. Didalamnya terdapat duktus deferens, pembuluh darah, saraf dan berkas otot polos. Pada kasus pengebirian secara tertutup yang dirusak selain duktus deferens juga arteri (a. Spermatika). Pengebirian ini lazim dilakukan pada hewan besar (sapi atau kerbau) sebelum menginjak dewasa kelamin, sebagai ternak daging.

h. Uretra
Uretra hewan jantan cukup panjang, dibagi menurut letaknya, yakni : Uretra pars prostatika, uretra pars pelvina dan uretra pars penis. Jadi delaslah bahwa bangun uretra tergantung pada letaknya dalam tubuh, meskipun demikian terdapat bangun umum tetap.
Selaput lendir membuat lipatan memanjang, disusun atas epitelnya banyak lapis dan peralihan. Pada permukaan, epithel tidak teratur sering membentuk prosesus disebut Lakuna dari Morgagni. Pada tunika propria banyak terdapat pembuluh darah, khususnya pembuluh darah venosus yang membentuk korpus uretralis (kelenjar littre). Lapis paling luar adalah lapisan otot polos, diikuti otot kerangka dalam membentuk muskulus retralis.
Kolikulus seminalis adalah kelanjutan dari kresta uretralis yang terjadi dari vesika urinaria. Bagian ini merupakan tempat permuaraan duktus defferent dan vesika seminalis. Mukosa mirip dengan uretra, pada kucing dan babi sering terjadi gangglia di daerah ini. Uretra prostatikus atau uterus maskulina terdapat di daerah kolikus prostatikus atau uterus maskulinus terdapat di daerah kollikulus seminialis, sering tampak pada hewan piara, khususnya jelas pada hewan besar. Uritrikulus prostatikus merupakan ujung saluran Muller yang homolog dengan uterus dan vagina pada hewan besar.
Uretra pars penis berbeda dengan uretra pars pelvina, yakni lebih sedikit mengandung kelenjar tetapi banyak mengandung serabut erektil. Di luar lapisan otot terdapat tunika albuginea yang merupakan suatu jaringan ikat fibrus banyak mengandung serabut elastis, khususnya pada penis tipe kaverneus.

3. Kelenjar Asesorius (Glandula genitales asesorius)
Kelenjar asesorius pada hewan jantan memiliki ciri umum :
Ø Kelenjar bermuara pada uretra
Ø Pada stroma (kapsula jaringan ikat interstitial, trabekula, septa) sering terdapat otot polos, kontraksi otot tersebut dapat mendorong skreta, khususnya pada proses ejakulasi.
Ø Kelenjar berbentuk tubulus bercabang dengan lobulasi cukup jelas. Ada bagian ujung kelenjar yang meluas membentuk sinus koligentes sebagai penampang sekreta.
Ini sekedar ciri umum, sudah tentu terdapat beberapa perbedaan untuk setiap jenis hewan. Keempat kelenjar assesorius tidak semuanya terdapat pada setiap hewan jantan, kalaupun ada pertumbuhannya tidak selalu subur.
Keempat kelenjar asesorius tersebut adalah :
a. Ampula (ampula duktus defrentis)
b. Kelenjar vesibulares (glandula vesikulares)
c. Kelenjar prostat (glandula prostat)
d. Kelenjar bulbo-uretralis (glandula bulbo-uretralis)
Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap kesuburan kelenjar asesorius dan ciri khas kelamin jantan (secondary sex characteristic). Kastratsi sebelum datangnya dewasa kelamin menyebabkan perkembangannya kelenjar tersebut berhenti, sedangkan kastrasi pada umur dewasa menyebabkan kemunduran secara bertahap kelenjar asesorius. Secara histologi telah dibuktikan bahwa sel kelenjar mengecil dan aktivitas bersekresi mundur. Selanjutnya parenkim kelenjar mengalami involusi dan digantikan dengan jaringan ikat.

a. Ampula.
Kelenjar ampula anjing menjulur sampai permulaan dari uretra, kucing tidak memiliki ampula. Diantara hewan besar seperti babi memiliki ampula paling kecil, kelenjarnya sedikit dan terbesar pada dindingnya. Sapi, kerbau, domba dan kuda pertumbuhan ampula cukup subur.
Struktur histologi ampula ditandai dengan menebalnya selaput lendir (mukosa) disebabkan adanya kelenjar. Kedua ampula melewati bagian ventral dari korpus prostat dan bersama dengan glandula vesikulares bermuara kedalam uretra pada kolikulus seminalis.
Kelenjar bersifat tubulus bercabang, mirip dengan glandula vesikulares dengan ujung kelenjar yang meluas mirip suatu kantong. Epithelnya berbentuk silindris sebaris, tinggi rendahnya epithel tergantung dari aktivitas kelenjar tersebut. Dalam lumen kelenjar sering tampak spermatozoa (slides), bahkan sering dilaporkan adanya konkremen yang dapat berkapur (kuda dan ruminansia). Kelenjarnya tidak memiliki saluran yang jelas sehingga ujung kelenjar tampak langsung berhubungan dengan lumen dari ampula.
Tunika muskularis tersusun secara sirkuler dan longitudinal, dimana pada ruminansia saling beranastomose, lapis paling luar adalah tunia adventitia atau serosa.
b.Glandula vesikulares
Glandula ini jumlahnya sepasang, pada sapi cukup subur dan membentuk lobulasi yang jelas. Pada kuda dan manusia berbentuk memanjang dan mengantong. Babi, domba dan kambing pertumbuhan glandulanya cukup baik. Tetapi anjing dan kucing tidak memiliki glandula vesikulares. Pada sapi saluran glandula tersebut bersatu dengan saluran ampula membentuk kedua Ostea ejakulatoria yang bermuara kedalam uretra. Bentuk uretra ini bisa berbeda antara jenis hewan satu dengan yang lainnya.
Struktur histologi glandula, terbagi dalam lobulus, dipisahkan satu dengan yang lain dengan trabekula atau septa yang mengandung otot polos, pada ruminansia septa cukup tebal. Dalam tiap lobulus terdapat ujung glandula yang paling luas lumennya, sebagai penampung sekreta disebut Sinus Colligentes. Epithel dari ujung kelenjar berbentuk silindris sebaris, tetapi bagi saluran yang cukup besar dan terdapat diluar lobulus, epithelnya banyak lapis. Pada lumen ujung glandula, khususnya sinus koligentes sering terlihat spermatozoa maupun kristal.
c. Glandula prostat.
Glandula ini jumlahnya sebuah, terletak pada pangkal uretra di daerah leher vesika urinaria. Pada berbagai hewan piara bentuknya tidak sama, secara umum terdapat bagian yang disebut : Corpus prostate dan Pars dissiminata prostate atau pars dissiminata. Istilah korpus prostata hanya tepat untuk babi dan sapi bukan domba dan kambing. Korpus ini kecil posisinya dorsal dari uretra dekat vesikula urinaria.
Pars disiminata prostata praktis terdapat pada semua hewan piara kecuali kuda, terdiri atas lobus dekstra dan sinistra dan istmus. Pada ruminansia terdiri atas pars disminata, glandulanya tersebar hampir sepanjang pars uretra dan pars pelvina. Pada kuda dan karnivora korpus prostata besar dengan glandula yang subur, sebaliknya pars disminata sedikit dan tersebar sebagai kelenjar littre. Pada anjing glandula prostat mengelilingi permulaan uretra. Hewan yang memiliki pars disminata yang subur, kelenjarnya dibalut oleh muskulus uretralis yang terdiri atas otot kerangka kecuali daerah ujung kranial dari korpus prostata.
Struktur histologi parenkhim glandula berbentuk tubulus majemuk. Stroma yang terdiri dari kapsula, trabekula dan jaringan interstitial mengandung otot polos. Epithel berbentuk silindris rendah tergantung pada aktivitas kelenjarnya dan didalamnya banyak terdapat butir sekreta. Intersellulaer skretorikanalikuli sering tampak pada sapi dan kuda. Sekresi kelenjar bersifat apokrin adakalanya epithel terlepas bersama bercampur dengan sekreta, yang diduga menyebabkan terjadinya konrement dalam lumen sinus koligentus disebut Korpura amilasea (sympexionen), pada babi yang sudah tua sering ditemukan.
Pada rodensia sekreta kelenjar protat dan kelenjar cowper dapat merupakan penyumbat servik, khususnya bila fertilisasi telah terjadi. Mukus tersebut dapat menetralkan asam susu yang terdapat dalam vagina. Pada hewan piara sekreta yang bersifat encer dari glandula prostat dapat menaikkan motilitas dari spermatozoa.
d. Kelenjar Cowper (glandula bubo-uretralis)
Kelenjar cowper ini jumlahnya sepasang, terdapat pada semua hewan piara kecuali anjing. Kapsula bersifat fibrous murni pada sapi tetapi pada hewan lain mengandung otot polos. Jaringan ikat interlobuler yang membagi kelenjar menjadi beberapa lobulus mengandung otot polos. Hanya pada kuda disusun atas otot kerangka, di luar kapsula jelas terdapat otot kerangka.
Epithel kelenjar berbentuk silindris rendah, lumen ujung glandulanya besar, aspeknya mukeus dengan ujung kelenjar ada yang serous, perimbangannya tergantung jenis hewannya. Pada setiap lobulus terdapat sinus kelenjar sebagai penampung sekreta. Babi lumen ujung glandulanya meluas dengan sekreta kental, penting untuk memperkental air mani setelah ejakulasi. Sekreta kelenjar cowper bermuara kedalam uretra dan dianggap sebagai pembersih (lubrikan) uretra sebelum air mani lewat. pH sekitar 7,5-8,2 pada ejakulasi tak sempurna air mani sapi tak mengandung spermatozoa, cairan mana berasal dari kelenjar cowper dan mungkin sebagian dari prostat.

4. GENITALIA EKSTERNA

4.1 Penis
Penis dapat dibagi atas korpus dan glans. Korpus penis terdiri atas : Jaringan erektil korpus kavernosum penis, uretra yang dikelilingi oleh korpus kavernosum uretrae, muskuli bulbo-kavernosus dan retraktor penis. Ujung penis disebut gland penis, dimana pada beberapa spesies tidak begitu jelas.
Corpus Penis
Uretra dengan korpus karvenosum sudah dijelaskan diatas, korpus kavernosum yang membentuk korpus terdiri atas : Kapsula yang disebut tunika albuginea, berupa membran tebal terdiri atas jaringan ikat kolagen padat dan serabut elastis. Dari tunika albuginea dilepaskan trabekula yang berhubungan satu sama lain. Trabekula membentuk septum mediastinum yang hanya ditemukan pada radiks penis dari ruminansia dan babi, tetapi pada anjing ditemukan seluruh korpus. Pada kuda dan anjing septum tersebut tidak kontinyu, diantara trabekula terdapat jaringan erektil yang sebenarnya. Ini terdiri atas jala, lamela dan pita yang melanjut ke trabekula dan tunika albuginea dan ruang yang berukuran bervariasi dan berhubungan satu dengan yang lain disebut : Kaverna. Ruang ini terutama berjalan secara longitudinal (kecuali pada anjing) dan terbesar serta terbanyak pada kurra, di luar endothelium, dinding kaverna hanya dibentuk jala inter-kavernosa yang memuat vasa dan nervi. Pada ruminansia dan babi terdiri atas jaringan fibro-elastis, otot polos (anjing dan kuda). dan korpusadiposum yang tersebar. Pada bagian distal dan insertio m. Iskhiokavernosus, korpus kavernosum sapi mempunyai jaringan fibrosa dan berfungsi untuk membuat penis lebih kaku.
Vasa Darah
Pada manusia dan kuda terdapat jala kapiler pleksus korteks superfisial langsung dibawah tunika albuginea. Ini berhubungan dengan pleksus vena korteks profundal yang berhubungan dengan ruang kaverna dan jaringan erektil. Aliran darah arterial terutama berasal dari arteria provunda-penis yang masuk krura. Cabang dari arteria dorsalis menembus tunika albuginea. Arteri ini berjalan sepanjang trabekula melintasi sepanjang jaringan erektil. Berupa cabang memberikan kapiler ke albuginea dan trabekula sedang yang lain membentuk kapiler pada superfisial, cabang arteri yang lain berakhir pada pleksus profundal atau kelubang kaverna secara langsung.
Arteri helisina membentuk cabang dan berkelompok dua sampai sepuluh, selanjutnya dibungkus dalam berkas oleh jaringan ikat, berjalan berkelok, dindingnya mengandung berkas otot polos longitudinal hingga arteri mempunyai penebalan seperti bantal. Ruang kaverna dan pleksus venosus yang provundal di aliri darah dari vena profunda penis dan vena dorsalis penis dan vena bulbo-uretralis.
Glans Penis
Kaya akan vaskularisasi dan beberapa spesies mempunyai bangunan erektil yang sebenarnya dan membentuk bangunan yang melebar disebut : Glans penis, bangunan ini hanya jelas pada manusia, kuda dan anjing. Pada anjing glans penis merupakan bangunan erektil yang pokok. Glans tertutup oleh preposium, preposium terbungkus oleh kulit, kaya akan nervi dan ujung saraf.
Jaringan erektil glans terpisah dari korpus kavernosum penis, kecuali pada babi. Jaringan ererktil ini berhubungan dengan korvus kavernosum-uretrae. Bulbus glandis anjing adalah suatu korvus kavernosum yang tebal, kaya jaringan elastis dan serabut otot. Pada karnivora glans membungkus os. penis, membentuk sebagai jaringan tulang pada ujung korvus kavernosum penis. Pada kuda, kambing dan biri-biri uretra muncul dari ujung penis membentuk prosessus uretralis dan terbungkus jaringan kaverna yang tipis. Pada kuda bagian ini kaya jaringan limfatik. Pada kucing sarung kulit glans mempunyai spina kecil dan mengalami kornifikasi pada ujungnya. Kuda dan anjing juga ada tetapi lebih kecil.

4.2 Prepusium
Prepusium terdiri atas dua bagian yakni : Bagian exsternal yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen disebut : Pars parietalis dan pars viseralis, keduanya bertemu pada orifisium preputi. Pars parietalis terlipat kedalam dan ke muka pada forniks dan menutup ujung penis sebagai pars viseralis.
Pars eksterna mempunyai struktur sama dengan kulit, banyaknya rambut bervariasi tergantung spesies hewannya. Pars parietalis dihubungkan dengan lapisan luar dengan jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah dan otot polos yang berasal dari tunika dartos skroti dan berkas otot serat lintang (kecuali kuda dan anjing). Rambut dan kelenjar kulit hanya terdapat sedikit pada orifisium preputi. Glandula sebasea lebih banyak bermuara pada permukaan tidak pada polikel rambut.

Pada fornik terdapat evaginasi kulit, nodulus limfatikus terdapat lapisan parietal dari babi dan biri-biri, fornik sapi, anjing babi dan lapisan yang menutup glans penis sapi. Ujung saraf berupa bulbus terminalis dan korpus-ulum genitale terdapat lapisan viseral preputium semua hewan. Pada kucing terdapat juga korpus-kulum pasini.
4.3 Skrotum.
Terdiri atas integumentum kommunis dan tunika dartos. Kulit skrotum lebih tipis, rambut lebih sedikit dan kaya akan glandula. Terdapat glandula sebasea dan glandula kulit tubuler. Babi hanya berlandula kecil dan sedikit, dibagian dalam kulit skrotum melekat ke tunika dartos dengan perantara jaringan ikat longgar. Tunika dartos terdiri atas berkas otot polos yang arahnya tidak teratur serta serabut kolagen dan elasti. Pada babi ditemukan jaringan lemak, septum skroti dibentuk oleh berkas serabut otot.