Echinococcosis
Pendahuluan
Echinococcosis
adalah infeksi yang disebabkan cacing Echinococcus granulosus atau Echinococcus multilocularis. Nama lainnya
adalah Hidatid Disease. Echinococcus
tersebar di Afika, Asia Tengah, Amerika Selatan,
Mediterania, dan Timur Tengah. Hospes definitif dari Echinococcus
granulosus adalah hewan karnivora terutama anjing, srigala, dan lain-lain. Sedangkan hospes perantaranya
adalah manusia, kambing, domba, sapi, dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
cestoda ini adalah echinococcosis atau penyakit hidatidosis (disebabkan
larvanya).
Nomenklatur
Kingdom
: Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus
: Echinococcus
Spesies :
-Granulosus
-multilocularis.
Morfologi
Cacing dewasa berukuran kecil panjangnya 3-6 mm terdiri dari skoleks,
leher, dan sebuah strobila yang hanya terdiri dari 3-4 segmen. Perkembangan
segmennya yaitu immatur, matur, dan gravid. Segmen gravidnya merupakan
segmen terbesar yang panjangnya 3-4 mm dan lebarnya 0,6 mm. Skoleksnya terdiri
dari 4 alat isap dengan rostelum yang dilengkapi 2 deret kait yang melingkar.
Siklus Hidup
Cacing dewasa Echinococcus granulosus (panjangnya 3 - 6 mm) berada di usus halus
hospes definitif misalnya anjing. Lalu proglotid melepaskan
telur yang keluar bersama feses. Kemudian
tertelan oleh hospes intermediat yang sesuai (biri-biri,
kambing, babi, sapi, kuda, onta) setelah itu telur menetas di usus halus dan onkosfer keluar onkosfer menembus dinding usus dan menuju sistem
peredaran ke berbagai organ, terutama hati dan paru-paru. Di hati dan paru-paru onkosfer berkembang
menjadi kista kemudian berkembang secara
berangsur-angsur, menghasilkan protoskoleks dan anak kista yang mengisi kista interior. Hospes definitif dapat terinfeksi dengan cara memakan daging hospes intermediet yang mengandung kista hidatid.
Setelah tertelan, protoskoleks melakukan
evaginasi, menuju ke mukosa usus dan berkembang menjadi cacing dewasa setelah 32 sampai 80 hari kemudian proglotid melepaskan telur. Hospes intermediat terinfeksi dengan cara menelan telur kemudian menetas
menghasilkan onkosfer pada usus
dan menjadi kista di dalam berbagai organ.
Patogenesa
·
Kista hidatid tumbuh
seperti tumor ganas.
·
Skoleks tersebar ke
seluruh tubuh.
·
ditandai dengan invasi
dan penghancuran jaringan karena kista melakukan pengelompokan kedalam
membentuk kista kecil-kecil yang banyak jumlahnya yang membentuk sarang tawon
pada organ yang terkena.
Gejala Klinik
Echinococcus granulosus menginfeksi
selama bertahun-tahun sebelum kista membesar dan menyebabkan gejala saat
tersebar ke organ-organ vital. Bila menginfeksi hati maka terjadi rasa sakit
dan nyeri di bagian abdominal, benjolan di daerah hati, dan obsruksi saluran
empedu. Pada saat kista menginfeksi paru-paru menyebabkan dada sakit dan batuk
hemoptysis. Kista yang menyebar ke seluruh organ dapat menyebabkan demam,
urtikaria, eosinofilia, dan syok anafilaktik. Kista dapat menyebar hingga ke
otak, tulang, dan jantung.
Diagnosa
1. Pemeriksaan hematologi
Dilakukan
pemeriksaan darah dengan melihat jumlah eosinofil dan dilihat presentase
lekosit jenis eosinfil pada pemeriksaan differensial lekosit. Eosinofilia
sering terjadi sekitar 20-25% pada kasus infeksi Echinococcus granulosus namun
tidak terlalu memberi makna yang berarti.
2. Mikroskopis cairan kista hydatid
Prinsip
pemeriksaannya adalah setetes cairan kista yang sudah disentrifuge diteteskan
pada objek gelas, dengan objek gelas lainnya dibuat apusan kemudian dilakukan
pewarnaan tertentu dan diamati secara mikroskopis. Pada saat pembuatan hapusan
terjadi goresan antara kait-kait dengan objek gelas sehingga terdengar seperti
suara goresan kaca di atas pasir (hydatid sand).
Pemeriksaan ini
dilakukan apabila ditemukan kista pada saat pembedahan dari infeksi kista
hidatid, maka sebagian cairan kista dapat diaspirasi dan diperiksa secara
mikroskopis untuk mendeteksi adanya “hydatid sand” sehingga dapat dipastikan
diagnosisnya. Aspirasi kista juga biasanya dilakukan pada saat akan dilakukan
tindakan bedah. Tindakan ini beresiko akan adanya kemungkinan bocornya cairan
sehingga menyebar ke jaringan.
Namun hidatid sand tidak selalu ada. Karena jika kista sudah tua, anak kista
dan/ atau skoleks mungkin juga rusak sehingga yang tersisa hanya kait-kaitnya.
Keadaan ini menyulitkan untuk menemukan dan identifikasinya apalagi jika
terdapat debris di dalam kista. Hydatid sand juga dapat diperiksa dari sampel
urin dan sputum, yaitu pada :
a. Pemerikssan
Urin
Pemeriksaan ini
dilakukan untuk memastikan adanya infeksi hydatid yang menginfeksi organ
ginjal. Sehingga cairan kista akan dikeluarkan juga melalui urin. Sehingga
pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan hydatid sand pada urin.
b. Pemeriksaan
sputum
Pemeriksaan ini
dilakukan untuk memastikan adanyan infeksi hydatid yang menginfeksi
organ paru-paru. Sehingga pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan hydatid
sand pada sputum.
Apabila skoleks masih tetap utuh pada pemeriksaan
mikroskopik, maka dari cairan sentrifuge dijadikan sediaan basah untuk
memastikan diagnosis ditemukannya skoleks. Apabila tidak ditemukan hydatid sand
dan skoleks, diagnosis dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi dari
dinding kista pada jaringan.
3. Mikroskopik Jaringan
Pemeriksaan
kista hidatid secara mikroskopik pada jaringan diperiksa ketika pasien dengan
adanya masa pada abdomen dan tidak diketahui diagnosisnya secara pasti. Tes ini
dilakukan dengan mengambil sampel dari pembedahan untuk mengambil jaringan
hati, tulang, paru-paru dan jaringan lainnya lalu dibuat penampang melintang
misalnya jaringan tulang lalu dibuat preparat histologi jaringan dan diwarnai
dengan hematoxilyn dan eosin.
4. Tes Serologi
Antibodi pasien
terhadap Echinococcus granulosus yang terdapat dalam serum dapat
dideteksi dengan pemeriksaan serologi yang meliputi IHA (Indirect
hemagglutination), IFA (indirect
fluorescent antibody), ELISA, CF, LA (latex
aglutinasi), IE (immunoelektoforesis) ID, dan Indirek hemaaglutination.
Tes serologi
merupakan test yang sensitif untuk mendeteksi antibodi di
dalam serum pasien infeksi kista
hidatid, sensitifitas bervarisi antara 60% hingga 90%, tergantung karakteristik dari kista hydatidnya. Sensitifitas ini dipengaruhi oleh beberapa hal :
a. Jenis organ
tubuh yang terinfeksi
Kista di dalam
jaringan hati lebih memberikan respon imunitas dibanding kista di paru-paru.
Kista memproduksi antigeni stimulasi dengan titer rendah, namun jika
hampir 5 sampai 10% kista di hati sudah menimbulkan tes serologi positif,
tetapi kista di paru-paru jika hampir 50% masih menghasilkan tes serologi
negatif
b. Permukaan
kista hidatid
Permukaan yang
kasar dari kista umumnya menentukan titer antigen. Bentuk permukaan dan
kerusakan pada jaringan yang terinfeksi dapat meningkatkan antibodi. Untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan serologi yang lebih akurat digunakan kombinasi
teknik pemeriksaan, yaitu teknik EIA dan IHA yang biasanya digunakan sebagai
tes skrining untuk semua spesimen, kemudian reaksi positif dikonfirmasikan
dengan tes immunoblot assay atau gel difusion assay yang menunjukkan hasil
echinococcal “Arc 5". Kelemahan tes konfirmasi adalah memberikan reaksi
positif palsu sekitar 5% hingga 25% pada penderita neurocysticercosis. Sehingga
secara klinis dan presentase epidemiologi kasus pasien neurocysticercosis sering
terjadi kerancuan dengan kasus kista hidatid. Namun untuk konfirmasi yang lebih
spesifik atau reaktif terhadap serum dapat dilakukan dengan teknik
imunoelektroforesis untuk mendeteksi diagnosa dan membedakan di dalam serum
secara elektroforesis.
Respon antibodi dapat juga dimonitor untuk mengevaluasi hasil dari terapi, tapi dengan hasil yang
bervarisi. Tergantung
keberhasilan dari terapi misalnya keberhasilan suatu pembedahan,
maka titer antibodi juga menurun dan bahkan hilang, namun titer akan naik lagi jika kista sekunder berkembang. Tes untuk Arc 5 atau
antibodi IgE tampak mencerminkan kemerosotan antibodi selama yang pertama 24
bulan setelah pembedahan, sedangkan IHA dan test lain masih positif paling tidak selama 4 tahun. Keberhasilan pembedahan untuk
mengeluarkan kista hidatid akan diikuti penurunan titer antibodi sampai
beberapa tahun setelah pembedahan tapi hal ini memerlukan tes spesimen secara
berkala. Kemoterapi tidak mengikuti kemerosotan titer yang konsisten di
dalam serum. Sehingga manfaat dari pemeriksaan serologi untuk memonitor perjalanan penyakit
terbatas yang juga tergantung dari kondisi pasien.
5. Tes Kulit (tes intradermal)
Tes kulit atau
tes intradermal berhubungan erat dengan tes serologi, yaitu menggunakan antigen
tes kulit Casoni yang merupakan antigen yang bersal dari cairan kista hydatid,
tes ini mempunyai banyak keuntungan karena kesederhanaannya dan sebanding
dengan tes serologi, namun kelemahan tes kulit adalah kurang spesifik. Ini
dikarenakan tes kulit belum terstandarisasi secara baik sehingga sering
terlihat adanya kekurangan dari spesifitas dan sensitifitasnya. Tes Casoni
merupakan salah satu cara untuk mengetahui pemaparan dari penyakit hidatid
namun kendala utamanya yaitu kurangnya spesifitas. Pada pasien yang mengandung
kista hyalin maupun kista yang utuh, sentifitas diagnostiknya terbatas. Respon
imun lebih sering dideteksi pada pasien dengan kista hati dibanding kista
paru-paru.
Tes kulit telah
digunakan untuk penunjang pembuktian infeksi secara tidak langsung, apabila
tidak ada tes serologi diagnostik yang tidak dapat dipercaya. Banyak dari tes
kulit terutama digunakan untuk kepentingan penelitian dan epidemiologi. Namun
banyak kasus, antigen yang digunakan sulit didapat dan tidak terdapat di
pasaran.
Reaksi positif
palsu juga pernah dilaporkan pada pasien nonparasit dan penyakit parasit
lainnya. Antigen casoni juga dapat mensinsitisasi pasien sehingga memproduksi
antibodi dan juga pernah dilaporkan terjadinya reaksi anafilaktik.
6. Tes Radiologi
Kista-kista
asimptomatik ditemukan pada pemeriksaan radiologis. Kista biasanya memiliki
batas yang jelas dan terkadang terlihat tanda batas cairan (fluid level).
Pemeriksaan ini juga dapat membantu diagnosis kelainan pada tulang. Scan juga
juga dapat menunjukkan lesi desak ruang (space occupying lesion) terutama di
dalam hati. Apabila kistanya besar dan lokasinya di abdomen, kadang-kadang
dapat dideteksi gelombangnya.
X-ray dapat
menunjukkan kista hidatid di dalam paru-paru dan jantung. Kista yang tidak
terkalsifikasi di tempat lain mungkin terdeteksi pemindahan atau pembesaran
organ dengan Ultrasound dan CT scan, sehingga hasil dapat ditunjukkan kista
pada hati, otak, ginjal, atau jaringan lainnya. Jika tidak tersedia, maka
radioisotop atau angiografi dapat digunakan. Kista yang terkalsifikasi dapat
ditemukan dimana saja. Namun kista di paru-paru jarang terjadi kalsifikasi.
Terapi :
·
Dilakukan bioterapi
untuk membunuh parasit dan membiarkan absorpsi yang perlahan-lahan.
·
Praziquantel dosis tunggal 25mg/kgBB
·
Dapat dipakai Niclosamide (Yomesan)
Pencegahan
Ditujukan pada mengurangi infeksi
cacing dewasa pada anjing dan infeksi larva pada domba dan babi. Didaerah
endemis anjing tidak diperbolehkan ke rumah-rumah potong hewan. Tidak memberi makan
anjing dengan sisa daging mentah. Sampah dari rumah potong harus dibakar atau
disterilkan. Makanan yang dihidangkan harus bersih. Sayuran harus dicuci bersih
atau dimasak. Air minum harus direbus.
Kebersihan diri termasuk cuci tangan sebelum makan. Pekerja laboratorium menghindari
kontaminasi tangannya pada waktu memeriksa tinja anjing dan pendidikan pada
masyarakat tentang cara-cara
penularan, bahaya hubungan dengan anjing dsb.
Epidemiologi
Diduga lebih dari 20 juta penduduk
dunia terkena infeksi. Pada beberapa daerah prevalensipada anak-anak 10 %