Selasa, 01 Mei 2012

OBAT ANTIJAMUR

Dari Segi terapeutik infeksi jamur dapat dibedakan atas infeksi sistemik, dermatofit, dan mukokutan.Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas infeksi dalam dan infeksi subkutan. Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya dimengerti. Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi sistemik dan infeksi jamur topical. Dalam pengobatan beberapa anti jamur dapat digunakan untuk kedua bentuk infeksi tersebut. Ada infeksi jamur topical yang dapat diobati secara sistemik ataupun topical. Obat- obat anti jamur sistemik sebagai berikut :
AMFOTERISIN B

Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.Sembilan puluh delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas antijamur.Kristal seperti jarum atau prisma bewarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air,tidak stabil,tidak tahan suhu diatas 37o C tetapi dapat stabil sampai berminggu-minggu pada suhu 4o C.
     
Aktivitas Obat

 Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapatmenchambat aktivitas Histoplasma capsulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis, dan beberapa spesies Candida, Tondopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis, Beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesiesTrichophyton. Secara in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu. 
  
Mekanisme kerja

Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga  membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.
                                  
Farmakokinetik
·         Absorbsi   : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
·         Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang  diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.
·         Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah  yang diberikan.
                                  
Efek samping
·         Infus :  kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
·         50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil.
·         Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
·         Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à  pemberian kalium.
·         Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin.

Indikasi
·         Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.
·         Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
·         Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan 
·         Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk

Dosis
·         Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
·         Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan

FLUSITOSIN

Flusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan antijamur sintetik yang berasal dari fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan struktur denganfluorourasil dan floksuridin. Obat ini berbentuk kristal putih tidak berbau, sedikit larutdalam air tapi mudah larut dalam alkohol.

Aktivitas Obat

 Spektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat iniefektif untuk pengobatan kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis danaspergilosis. Cryptococcus dan Candida dapat menjadi resisten selama pengobatan denganflusitosin. Empat puluh sampai 50% Candida sudah resisten sejak semula pada kadar 100 µg/mL flusitosin. Infeksi saluran kemih bagian bawah oleh Candida yang sensitif dapat diobati dengan flusitosin saja karena kadar obat ini dalam urin sangat tinggi. Invitro pemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan menghasilkan efek supraaditif terhadap C. neoformans, C. tropicalis dan C. albicans yang sensitif.

Mekanisme kerja

Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.

Farmakokinetik
·         Absorbsi   : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama                       makanan memperlambat penyerapan  tapi jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada  pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin.
·         Distribusi  :  didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi  mendekati total cairan tubuh.
·         Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml.
·         Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.
·         Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal.

Efek samping
·         Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
·         Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
·         Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.
·         Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.

Indikasi
·         infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
·         Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosis

Sediaan dan dosis 
·         Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
·         Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.

Ketokonazol

Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip mikonazol dan klotrimazol. Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air  pada pH asam.

Aktivitas Obat
            Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcusneoformans, H. capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sporot hrix spp.


Mekanisme kerja 

·         Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran.

Farmakokinetik

·         Absorbsi  : diserap baik melalui saluran cerna dan  menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis  jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.
·         Distribusi  : ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
·         Ekskresi    : Diduga ketokonazol diekskresikan   bersama cairan empedu ke lumen usus  dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.

Efek samping 

·         Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.
·         Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
·         ESO jarang :  sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.

Indikasi

·         Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.

Kehamilan dan laktasi

Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80   mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari  hewan coba tersebut.
ITRAKONAZOL

Antijamur sistemik turunan triazol ini erat hubungannya dengan ketokonazol.Obat ini dapat diberikan per oral dan IV. Aktivitas antijamurnya lebih lebar sedangkan efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan ketokonazol.Itrakonazol diserap lebih sempuma melalui saluran cerna bila diberikan bersamamakanan. Itrakonazol, seperti golongan azol lainnya, juga berinteraksi dengan enzimmikrosom hati, tetapi tidak sebanyak ketokonazol. Rifampisin akan mengurarangi kadar plasmaitrakonazol.Itrakonazol memberikan hasil mernuaskan untuk indikasi yang sama denganketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis,sariawan pada mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor. Berbeda dariketokonazol, itrakonazol juga memberikan efek terapi terhadap aspergilosis di luar SSP.Itrakonazol suspensi diberkan dalam keadaan lambung kosong dengan dosis duakali 100 mg sehari, dan sebaiknya dikumur dahulu sebelum ditelan untuk meng-optimalken efek topikalnya. Lamanya pengobatan biasanya 2-4 mirggu. Itrakonazol IV diberikan untuk infeksi berat melalui infus dengan dosis muat dua kali 200 mgsehari, diikuti satu kali 200 mg sehari selama 12 hari. Infus diberikan dalam waktu satu jam.

Mekanisme kerja 

·         Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran

Farmakokinetik

·         Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
·         Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).

Sediaan dan dosis

·         Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
·         Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
·         Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
·         Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
·         Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.

Efek samping

·         Kemerahan,
·         pruritus,
·         lesu,
·         pusing,
·         edema,
·         parestesia
·         10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikan

Indikasi

·         Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.


FLUKONAZOL

Ini adalah suatu  fluorinated bis-triazol dengan khasiat farmakologis yang baru.Obat ini diserap sempuma melalul saluran cema tanpa dipengaruhi adanya makananataupun keasaman lambung. Kadar plasma setelah pemberian per oral sama dengankadar plasma setelah pemberian IV. Flukonazol tersebar rata ke dalam cairan tubuh juga dalam sputum dan Gangguan saluran cerna merupakan efek samping yang paling banyak ditemukan. Pada pasien AIDS ditemukan urtikaria, eosinofilia, sindrome Stevens-Johnson, gangguan fungsi hati yang terspmbunyi dan trombositopenia. Flukonazol berguna untuk mencegah relaps meningitis yang disebabkan oleh Cryptococcus pada pasien AIDS setelah pengobatan dengan amfoterisin B. Jugaefektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada pasien AIDS.
Farmakokinetik
·         Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.
·         Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
·         Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.

Sediaan dan dosis

·         Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg.
·         Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
·         Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.

Efek samping

·         Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak
·         Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.

Indikasi

·         Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.

VORIKONAZOL

Obat ini adalah antijamur baru golongan triazol yang diindikasika, untuk aspergiiosis sistemik danInfeksi jamur berat yang disebabkan oleh Scedosporium apiosperrnun dan Fusarium sp. Obat ini juga mempunyai efektivitas yang baik terhadap Candida sp,Cryptococcus sp dan  Dermatoph yte sp ,termasuk untuk infeksi kandida yang resistenterhadap flukonazol.
Farmakokinetik obat ini tidak linier akibat terjadinya saturasi metabolisme.Vorikonazol dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hati dan metabolit utamanya adalah N-oksida yang tidak aktif.
Sekitar 80% vorikonazol diekskresikan dalam urine. Pengurangan dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Pengobatan yang dimulai dengan pemberian IV ini, secepatnya harus dialihkanke pemberian oral. Dosis muat oral untuk pasien dengan berat badan >40 kg ialah 400mg dan untuk pasien yang berate nya < 40 kg diberikan 200 mg. Dosis must oral irat juga diberikan hanya 2 kali dengan interval 12 jam. Pengobatan lalu dilanjutkandengan pemberian oral 200 mg tiap 12 jam bagi pasien dengan berat badan > 40 kg.Untuk pasien dengan berat badan kurang dari 40 kg diberikan dosis pemeliharaan 2kali 100 mg sehari.
Efek samping terpenting dari obat ini ialah gangguan pengelihatan sementara berupa pengelihatan kabur atau fotofobia yang terjadi pada sekitar 30% pasien. Efek samping lainnya ialah reaksi fotosensitivitas dan kenaikkan kadar transaminase serum yang bersifat sementara.


KALIUM  IODIDA

·         Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis

Efek samping

·         mual 
·         rinitis
·         salivasi
·         lakrimasi
·         rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
·         iritasi pada mata
·         sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu

DOSIS

·         Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).
·         Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
·         Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi


                                  
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FK-UI. Jakarta